• pasang iklan

CEO Indosat Ajak XL, Tri, Smartfren Lawan Dominasi Telkomsel www.marinirseo.web.id

23/06/16
Jakarta - President Director & CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli mengajak para petinggi operator telekomunikasi lainnya untuk ikut memerangi Telkomsel yang dianggap terlalu mendominasi dan memonopoli pasar seluler di luar Jawa.

"Saya minta kepada bos operator lainnya untuk ikut bersuara, jangan cuma berani ngomporin di belakang saja," seru Alex, panggilan akrabnya, dalam pertemuan terbatas tadi malam di Graha Niaga, Jakarta, Selasa (21/6/2016).

"Jangan takut untuk bicara, ini demi kepentingan bersama. Ayo kita fight habis-habisan untuk kepentingan pelanggan," ujarnya seraya berpesan kepada para CEO dari operator XL Axiata, Hutchison 3 Indonesia, dan Smartfren Telecom.

Seruan untuk mendongkel Telkomsel merupakan lanjutan dari perseteruan kedua operator ini pasca kampanye negatif perang tarif terbuka yang belakangan terjadi. Bukannya menurunkan tensi pasca dipanggil oleh Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), namun suasananya malah kian memanas.

Alex Rusli yang saat ini masih menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) itu mendesak seluruh operator agar mau bersuara melawan anak usaha Telkom itu.

Pasalnya, market share pasar seluler saat ini terlalu dominan dikuasai oleh Telkomsel. Jika secara nasional Telkomsel menguasai sekitar 45%-50%, namun di luar Pulau Jawa, kekuasaannya telah lama di atas angka 86%.

"Jika aturan yang sekarang tak diubah, dalam tiga tahun bisa naik 90%. Dan nanti kalau sudah 100% tak bisa disetop, kasihan masyarakat di wilayah non Jawa yang tak menikmati tarif komunikasi layaknya di Jawa. Kami sudah buat laporan secara resmi ke regulator soal praktik tak sehat di luar Jawa, harapannya yang lain melakukan langkah serupa," ucap Alex.

Secara nasional, market share Indosat Ooredoo mencapai 21,6%, Hutchison 3 Indonesia 14,4%, dan XL Axiata 14%, sisanya Smartfren Telecom. Namun jika keempatnya digabung, market share mereka di luar Jawa, diklaim Alex tak lebih dari 14%.

Itu sebabnya, ditegaskan Alex, apa yang tengah diperjuangkan Indosat saat ini adalah untuk menata lanskap persaingan dan aturan yang lebih pro kepada kompetisi bukan memproteksi penguasa pasar.

"Kami itu punya tujuan sama dengan challenger lainnya, kita mau barrier interkoneksi dihilangkan dan diijinkan untuk berbagi jaringan aktif agar efisien. Dua aturan ini belum keluar juga karena dihambat terus. Kalau kita tak ramaikan sekarang, tak terwujud itu. Ingatlah kalau kita yang penantang ini, di luar Jawa semuanya jika bergabung hanya menguasai sekitar 14% pangsa pasar," ulasnya.

Seperti diketahui, Indosat Ooredoo telah dipanggil BRTI terkait kampanye negatifnya di media sosial yang menyerang Telkomsel. Pertemuan itu dimanfaatkan Indosat untuk bicara kendala yang dihadapi selama ini dalam melakukan penterasi ke wilayah non Jawa yang dihambat Telkomsel dan regulasi.

Indosat sangat berharap biaya interkoneksi turun di atas 25% bahkan kalau bisa di atas 50% agar bisa mengakuisisi pelanggan di pasar yang dikuasai Telkomsel. "Harusnya operator yang sudah sangat dominan tak usah lagi kampanye pemasaran, biar kami saja para challenger yang predatory price," kata Alex.

Untuk menunjang tarif terjangkau, dalam investasi pun rencananya dilakukan dengan efisien memanfaatkan berbagi jaringan atau network sharing. Kabarnya, regulasi soal network sharing masih menunggu tanda tangan Presiden terhadap penyesuaian Peraturan Pemerintah (PP) No 53/2000 tentang telekomunikasi. Sementara untuk Peraturan Menkominfo soal interkoneksi akan dikeluarkan pada Agustus 2016 mendatang.

Biaya interkoneksi adalah komponen yang dikeluarkan operator untuk melakukan panggilan lintas jaringan. Perhitungan biaya interkoneksi adalah berbasis biaya yang dilandasi oleh UU 36/1999 tentang Telekomunikasi, PP 52/2000 mengenai telekomunikasi, dimana Pemerintah yang melakukan perhitungan tarif interkoneksi ini dan operator hanya menyediakan data-data yang dibutuhkan dalam proses perhitungan. (rou/ash)